ASA BARU KEBERLANGSUNGAN HIDUP EKOSISTEM LAUT KITA
DALAM WEBINAR MARINE INNOVATION FESTIVAL INDONESIA: SAVING THE OCEAN SAVING OUR
FUTURE TOWARDS GOLDEN INDONESIA 2030
Penulis : Amanda Lailatul Hana
Indonesia adalah negara maritim yang memiliki komitmen untuk merealisasikan pengelolaan laut berkelanjutan, untuk mendorong keberlanjutan dan dampak jangka panjang demi keberlangsungan ekologi kelautan, fakultas teknik perkapalan Universitas Hasanuddin mengadakan webinar bertajuk “Saving The Ocean Saving Our Future Towards Golden Indonesia 2030”. Lantas, seberapa pentingkah ilmu mengenai kemaritiman Indonesia yang dibawakan pada kesempatan kali ini?
Webinar yang terkait dengan pengembangan inovasi sektor kemaritiman Indonesia ini diisi oleh bapak Drs. Basilio Dias Araujo M. A selaku Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Indonesia. Dengan dihadiri beberapa perwakilan kampus di Indonesia, materi dibuka dengan pembahasan mengenai Global Strategic Interplay yang menyatakan beberapa alasan penting mengapa Indonesia harus memanfaatkan posisi strategisnya, diantaranya: karena kita memiliki perairan yang dilintasi oleh setengah dari total valuasi perdagangan dunia, Indonesia termasuk negara kepulauan terbesar, dan negara yang kaya akan sumber daya maritim. “Ada sekitar 200.000 kapal asing yang melewati negara kita tiap tahunnya,” pak Basilio menambahkan. Sayang seribu sayang, dengan gelar negara maritim pun, tidak menutup kemungkinan pula banyaknya sumbangsih berbentuk sampah yang disinggahkan oleh kapal asing yang seringkali melewati laut Indonesia, “Daging ikan pun sudah tidak aman lagi,” kata pak Basilio. Pemaparan Marine Pollution 73/78 yang merupakan konvensi internasional untuk pencegahan pencemaran dari kapal, juga mengatur beberapa aspek, seperti mewajibkan negara untuk menyediakan fasilitas penerimaan untuk pembuangan limbah berminyak dan bahan kimia, semua kapal berbendera di bawah negara-negara yang menandatangani marpol tunduk pada persyaratan, setiap negara bertanggung jawab untuk memberlakukan undangundang domestik untuk melaksanakan konvensi dan berjanji untuk mematuhi konvensi, mengatur desain dan peralatan kapal, serta menetapkan sistem sertifikat dan inspeksi
Selanjutnya, pak Basilio juga memaparkan beberapa contoh ancaman potensial yang berbasis teknologi yang pernah dialami Indonesia, seperti temuan 3 drone di perairan Indonesia yang salah satunya di Pulau Bonerate, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada tahun 2020 silam. Hal ini tentu cukup mengkhawatirkan mengingat banyaknya sumber daya maritim yang bisa saja diambil ataupun diancam kelestariannya. Untuk menjawab kekhawatiran tersebut, pak Basilio melanjutkan pembicaraannya dengan menguraikan kegiatan Operation 30 Days at Sea 1.0 yang merupakan team kerja nasional dalam penanggulangan kejahatan pencemaran yang mengarah pada pencemaran yang terjadi di darat, di perairan darat, dan di laut yang dilaksanakan pada 1 s.d 31 Oktober 2018. Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi, menangkap, dan mengadili penjahat dan/ atau organisasi kriminal yang bertanggung jawab atas pelepasan limbah ilegal dari darat, kapal, termasuk melalui pengumpulan dan pembagian intelijen dan kerjasama internasional Pembahasan yang dibawakan oleh bapak Basilio pun selesai yang dilanjutkan dengan pembahasan selanjutnya. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa sistem kemaritiman yang menjadi sumber penghidupan terbesar bagi Indonesia haruslah selalu kita jaga juga lestarikan, mengingat banyaknya peluang ancaman dari negara lain yang sudah beberapa kali terjadi. Dengan webinar ini, diharapkan khalayak banyak dapat lebih terbuka lagi pikirannya untuk lebih menaruh perhatian lebih terhadap kehidupan kemaritiman Indonesia.
0 Komentar